Foto : Istimewa


Pikiran Publik - Diare, kalian pasti tau dong penyakit diare?. Nah tapi kalian tau ga sih apa aja penyebab diare tu apa aja. Nah disini aku mau berbagi apa aja penyebab diare, cara mengatasi diare, dan cara menghindari diare. 


Apa itu Diare?

Sebelum membahas gejalanya, Anda perlu mengenal apa itu diare secara umum terlebih dahulu. Jadi, diare adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh gangguan pencernaan, yang ditandai dengan buang air besar encer sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari. Feses yang keluar bisa berupa lembek atau sangat berair. Jenis gangguan pencernaan satu ini merupakan masalah kesehatan yang paling umum dan sering terjadi di diri kita. 


Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019. Ada sekitar 7,2 juta jiwa yang terkena penyakit Diare. Di samping itu, diare adalah masalah kesehatan yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak.


Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum di Indonesia, terutama pada bayi dan anak-anak. Diare biasanya berlangsung tidak lebih dari 14 hari (diare akut). Namun, pada sebagian kasus, diare dapat berlanjut hingga lebih dari 14 hari (diare kronis).


Diare umumnya tidak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, diare yang tidak kunjung membaik atau malah memburuk dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit, hingga kerusakan ginjal.


Penyebab Diare

Diare bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari infeksi, keracunan makanan, alergi makanan, atau penyakit lain yang dapat memicu terjadinya diare. Berikut ini adalah contoh-contoh penyebab diare:

  • Infeksi virus, seperti rotavirus, yang ditandai dengan diare berair dan biasanya terjadi pada anak-anak.

  • Infeksi bakteri Campylobacter dan Escherichia coli, yang biasanya disebut dengan keracunan makanan, disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak dimasak sampai matang.

  • Infeksi bakteri Clostridium difficile, yang ditandai dengan diare berair dan kram perut setelah konsumsi antibiotik.

  • Infeksi bakteri Salmonella, yang biasanya terjadi akibat konsumsi daging kurang matang, terutama daging ayam, dan telur mentah atau setengah matang.

  • Amebiasis dan infeksi bakteri Shigella, yang ditandai dengan tinja berbau amis, berdarah, atau berlendir.

  • Infeksi Cryptosporidium (kriptosporidiosis), yang terjadi setelah meminum atau tidak sengaja menelan air yang terkontaminasi dan tidak dimasak.

  • Alergi makanan, yang ditandai dengan diare beberapa menit atau maksimal 2 jam setelah mengonsumsi makanan pemicu alergi.

  • Intoleransi laktosa, yang biasanya disertai dengan kembung, feses berbau asam, serta anus perih atau kemerahan setelah konsumsi makanan dengan kandungan susu.

  • Sindrom malabsorbsi, yang ditandai dengan diare kronis yang berbau menyengat dan berat badan menurun.

  • Radang usus, yang dapat disertai dengan sakit perut, sering mulas, dan diare dengan darah atau lendir.

  • Irritable bowel syndrome, yang ditandai dengan BAB cair, serta kram perut yang hilang timbul dan membaik setelah buang air besar.

  • Efek samping terapi medis, seperti kemoterapi, radioterapi, atau operasi.

  • Penyakit lain, seperti hepatitis atau kanker usus besar.

*(sc: alodokter)


Gejala Diare

Penderita diare umumnya akan mengalami sejumlah gejala yang dapat memengaruhi kesehatan dan kenyamanan mereka, seperti:


  • Feses cair atau lembek dan keluar dalam jumlah banyak.

  • Mual dan muntah.

  • Munculnya darah pada feses.

  • Lemas dan pusing.

  • Kesulitan untuk menahan keinginan buang air besar.

  • Sakit perut atau bahkan kram.

  • Merasa haus terus-menerus atau dehidrasi.

  • Demam.

  • Tidak nafsu makan.


Pengobatan Diare

Pada kebanyakan kasus, diare yang bersifat ringan bisa kamu atasi sendiri di rumah dengan mengonsumsi obat antidiare tanpa resep.


Jangan lupa juga untuk mengonsumsi banyak cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.


Namun, untuk kasus kronis yang berlangsung lama, dokter bisa memberikan pengobatan berdasarkan penyebabnya.


Berikut beberapa pengobatan diare:


  • Antibiotik. Dokter akan meresepkan obat ini bila gangguan pencernaan tersebut terjadi akibat infeksi bakteri.

  • Mengobati kondisi yang mendasarinya. Diare bisa menjadi pertanda dari beberapa kondisi medis lainnya, termasuk sindrom iritasi usus besar (IBS), penyakit radang usus (IBD) seperti penyakit Crohn dan kolitis ulserativa, kolitis mikroskopis, atau pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Setelah penyebab diare sudah jelas, dokter bisa memberikan pengobatan yang tepat.

  • Probiotik. Probiotik terkadang bermanfaat untuk membangun kembali bioma yang sehat untuk memerangi diare.

Bila kamu bertanya-tanya Adakah Cara Menghentikan Diare Tanpa Obat?, nah coba cari jawabannya di artikel tersebut.


Pencegahan Diare

Beberapa upaya yang bisa kamu lakukan untuk mencegah gangguan pencernaan ini, antara lain:


  • Selalu mencuci tangan, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menyentuh daging mentah, setelah dari toilet, atau setelah bersin dan batuk, dengan menggunakan sabun dan air bersih.

  • Mengonsumsi makanan dan minuman yang sudah matang sempurna, serta menghindari makanan dan minuman yang tidak terjamin kebersihannya.

  • Dapatkan vaksinasi. Rotavirus, salah satu penyebab diare, bisa kamu cegah dengan vaksin rotavirus. Vaksin ini biasanya dokter berikan kepada bayi dalam beberapa tahap selama tahun pertama kehidupannya.

Untuk membantu pemulihan, ketahui Yang Boleh dan Tidak Boleh Dikonsumsi saat Diare.

*(sumber:halodoc)


demkianlah penjelasan ini, jadi kesimpulannya ialah diare bukanlah hal yang berbahaya, namun tentu hal itu akaan sangat mengganggu, maka kita perlu memngingat hal-hal diatas ini untuk menangani mulai dari diri kita senditi.


Penulis : Farhan Ramadhan

Editor  : Muhammad Miko Prayoga